Sebagai orang tua masa kini, kita seringkali menekankan agar anak berprestasi secara akademik di sekolah. Kita ingin mereka menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan tinggi yang bergengsi. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci untuk kesuksesan hidup di masa depan.
Pada kenyataannya, kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit orang-orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah. Valentino Rossi (pembalap motor), Bill Gates (pemilik Microsoft), Tiger Wood (pemain golf) adalah beberapa dari ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang yang sangat berhasil di bidangnya. Kalau IQ ataupun prestasi akademik tidak bisa dipakai untuk meramalkan sukses seorang anak di masa depan, lalu apa? Kemudian, apa yang harus dilakukan orang tua supaya anak-anak mempunyai persiapan cukup untuk masa depannya? Jawabannya adalah: prestasi dalam kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence), dan bukan hanya prestasi akademik. Kemungkinan anak untuk meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan kecerdasannya yang majemuk itu.
Dr. Howard Gardner, peneliti dari Harvard, menyatkan bahwasannya ia membagi jenis kecerdasan anak menjadi 9 jenis kecerdasan.
1. Cerdas Bahasa. Kecerdasan ini bekerkaitan dengan kecerdasan anak dalam mengola kata ketika berbicara dengan orang lain.
2. Cerdas Gambar . Dalam kajian ini, seoragn anak mulai mempunyai imajinasi tinggi dalam berfikir dan kemudian anak realisasikan dengan menggambar, mencoret-coret, dan lain sebagainya.
3. Cerdas Musik . Kecerdasan semacam ini adalah kecerdasan dalam bermusi, baik itu dalam memainkan, mendengarkan irama, peka terhadap suara dan lain sebagainya.
4. Cerdas Tubuh. Kecerdasan tubuh ini dalam konteks, anak mengalami kemajuan dalam mengola gerak-gerik tubuhnya, sehingga ia mampu tampil secara bergaya dan atraktif.
5. Cerdas Matematika dan Logika. Dalam tingakatan ini, anak telah mulai memahami dan mengerti akan kecerdasan dalam berfikir. Anak akan mulai menggunakan logika dan senang terhadap hal-hal yang kaitannya dengan hitung-menghitung dan ilmu pengetahuan (sains).
6. Cerdas Sosial. Dalam konteks kecerdasan sosial ini, anak mulai tanggapa akan rangsangan keadaan sosial kemasyarakatan. Anak mulai mengerti bagaimana hormat menghormati, toleransi, tolong menolong dan berperasaan kepada orang lain.
7. Cerdas Diri. Dalam fase ini anak telah dapat menyadari kekuatan dan kelemahan diri, serta telah mampu mengenal bakat dan talenta dalam dirinya. Kecerdasan diri ini akan menjadikan anak menjadi percaya diri dalam menjalani hidupnya.
8. Cerdas Alam. Kecerdasan ini, anak mulai mengenal lingkungan sekitar, anak mulai tanggap dan berketertarikan terhadap lingkungan, seprti bunga, pohon dan lain sebagainya.
9. Cerdas Spiritual. Dalam fase ini anak mulai menyadari pentingnya ibadah, dan mengenal keranah keagamaan. Anak mulai takut dengan ancaman neraka dan menginginkan surga, serta mulai merasakan ketakutan pada Tuhan. Dalam hal ini anak mulai mengeksistensi diri dalam hubungannya dengan pencipta alam semesta.
Anda kenal dengan Albert Einstein? Tokoh yang terkenal jenius di bidang sains. Akan tetapi tahukah Anda, bahwa ternyata ia juga sangat cerdas dan pawai dalam bermain biola dan matematika. Sama halnya dengan Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam bidang olah tubuh, seni, arsitektur, matematika dan fisika. Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup bagi seseorang untuk mengembangkan kecerdasannya secara maksimal. Justru peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Kecerdasan yang dimiliki manusia dapat lebih dioptimalkan lagi menjadi beberapa cabang, untuk dapat mewujudkannya, perlu campur tangan orang tua dalam emndidik anak, serta membantu anak dalam mengoptimalisasikan kecerdasannya. Perlu Anda ketahui bahwa, salah satu penentu sukses dan tidaknya anak dimasa depannya diakrenakan orang tuanya. Ketika orang tua melakukan tugasnya dengan baik, yaitu dengan mendidik anak dengan mengoptimalisasikan kecerdasan, melatih kemandirian, dan melakukan pengawasan dan bimbingan dalam fase pembelajarannya, amak hasilnya akan baik. Akan tetapi ketika anak dibiarkan begitu saja, maka anak akan menjadi seorang yang susah untuk dapat mandiri dan selalu tergantung dengan orang lain, serta anak akan mengalami ketertinggalan dalam pendidikannya, karena ia telah kehilangan fase kritisnya saat kecil.
Kecerdasan anak yang telah terbagi menjadi 9 macam kecerdasan tersebut, seharusnya dijadikan pengetahuan bagi para orang tua. Dengan mengetahui kecerdasan tersebut, orang tua akan tanggap terhadap kondisi tersebut dan melakukan respon positif dengan membantu, serta mendukung anak.
SUMBER : Prio Suyogi, 2010. Pendidikan Karakter Anak. Yogyakarta. Laskar Matahari Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar